PT LIPPO KARAWACI, TBK.










 PROFIL PT LIPPO KARAWACI, TBK.

PT Lippo Karawaci Tbk (yang pertama kali didirikan dengan nama PT Tunggal Reksakencana) didirikan pada Oktober 1990 sebagai anak perusahaan Grup Lippo. Pada bulan Januari 1993, Lippo Karawaci didirikan dengan visi untuk mempengaruhi kehidupan melalui pembangunan kota mandiri yang berkelanjutan dengan lingkungan hijau dan infrastruktur kelas fisik dan sosial. Pembangunan pertamanya yaitu Lippo Village di Karawaci, Tangerang, yang terletak 30km sebelah barat Jakarta. Pada tahun yang sama, Perseroan mulai mengembangkan Lippo Cikarang, sebuah kota mandiri dengan kawasan industri ringan yang yang terletak 40km sebelah timur Jakarta. Selanjutnya Lippo Karawaci mengembangkan kota mandiri Tanjung Bunga di Makassar, Sulawesi Selatan pada tahun 1997.
Melalui penggabungan delapan perusahaan properti terkait pada tahun 2004, Lippo Karawaci mengembangkan portofolio usahanya mencakup Properti (Lippo Village, Lippo Cikarang, Tanjung Bunga, Royal Serpong Village, dan San Diego Hills Memorial Park) , Pengembangan skala besar yang terintegrasi (City of Tomorrow, Kemang Village, dan The St. Moritz Penthouses & Residences), Rumah Sakit (Rumah Sakit Siloam, Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre, dan Semanggi Specialist Clinic) , Pusat Perbelanjaan (Pejaten Village, Pluit Village, City of Tomorrow Mall, PX Pavilion @The St. Moritz, WTC Matahari Serpong, Metropolis Town Square, dan Malang Town Square), dan Hotel (Hotel Aryaduta).
Selama lebih dari satu dekade, Perusahaan telah membuktikan dirinya sebagai pengembang properti yang sangat terpercaya dengan nama merek yang paling dikenal dan pemilik landbank terbesar diversifikasi dan proyek perintis di lokasi strategis di seluruh Indonesia.
Lippo Karawaci sekarang menjadi perusahaan properti terbesar yang terdaftar di Indonesia berdasarkan aset, pendapatan dan laba bersih, dengan model bisnis yang unik yang sangat terfokus dan terpadu, kelompok rumah sakit swasta terkemuka dan satu-satunya standar dunia mencapai kelas, dan tak terbantahkan pemimpin industri properti ritel .
 
Visi dan Misi

Visi

Menjadi perusahaan properti terkemuka di Indonesia dan regional dengan tekad untuk mengubah kehidupan masyarakat luas menjadi lebih baik di semua lini bisnis dan senantiasa menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham

Misi
Memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia kelas menengah dan atas di bidang perumahan, pusat perbelanjaan, dan komersial, layanan kesehatan, hiburan, infrastuktur dan jasa perhotelan
Memelihara kelangsungan pertumbuhan usaha melalui pengembangan sumber pendapatan berkesinambungan (Recurring Revenues) dan kegiatan pengembangan yang berkelanjutan
Menyediakan lingkungan hidup berkualitas yang meningkatkan pengalaman sosial dan spiritual bagi para pelanggan, serta menyediakan suasana ramah lingkungan terbaik pada setiap proyek pengembangannya.




ANALISIS KONDISI KEUANGAN PT LIPPO KARAWACI, TBK.


Kinerja keuangan perusahaan antara lain dapat dilihat dari beberapa aspek keuangan, yakni aspek likuiditas, aspek leverage, aspek efisiensi, dan aspek profitabilitas dan aspek nilai pasar. Dengan membandingkan aspek-aspek keuangan tersebut dalam rentang waktu beberapa tahun akan terlihat perkembangan kinerja perusahaan dan kemampuan manajemen dalam mengelola resiko-resiko yang ada.
Aspek likuiditas melihat kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar. Aspek likuiditas LPKR adalah sebagai berikut :
Current ratio PT. Lippo Karawaci, Tbk. selalu berada di atas angka 1 sejak tahun 2005 dan bahkan sempat menyentuh anga 6 pada tahun 2011 dan 2015. Artinya bahwa aset lancar yang dimiliki PT. Lippo Karawaci, Tbk. melebihi nilai kewajiban jangka pendeknya. PT Lippo Karawaci, Tbk. memiliki kemampuan yang cukup dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aset lancarnya. Selain itu dapat dilihat bahwa nilai current ratio PT. Lippo Karawaci, Tbk. juga semakin meningkat dari tahun 2005-2011, walau sempat mengaami penurunan pada tahun 2012 namun setelah itu terus meningkat hingga tahun 2015 current ratio PT. Lippo Karawaci, Tbk. Mencapai 6.913. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen memiliki komitmen yang baik dalam menurunkan resiko gagal bayar sekaligus menjaga kredibilitas perusahaan.
Quick Ratio PT Lippo Karawaci, Tbk. nilainya kurang dari 1 dari tahun 2005 sampai 2010 menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu membayar seluruh kewajiban jangka pendeknya tanpa melikuidasi persediaan perusahaan. Kemudian quick ratio PT Lippo Karawaci, Tbk. Nilainya lebih dari 1 dari tahun 2011 sampai 2015, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mampu membayar seluruh kewajiban jangka pendeknya  tanpa melikuidasi persediaan perusahaan. Quick ratio PT Lippo Karawaci, Tbkk. juga bagus karena sejak tahun 2005 sampai 2015 terus mengalami peningkatan dan bahkan tembus angka 1 pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 mencapaii angka 2.7.
Cash Ratio yang nilainya < 1 menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu membayar seluruh kewajiban jangka pendeknya hanya dengan kas perusahaan. Namun cash ratio perusahaan nyari tembus 1 yakni 0.9 pada tahun 2011 dan 2012 yang artinya hampir mampu membayar dan melunasi kewajiban jangka pendek hanya dengan kas perusahaan. Kemudian pada tahun 2015 cash ratio PT Lippo Karawaci, Tbk mencapai angka 1.587 yang artinya perusahaan mampu membayar dan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan kas.
Aspek efisiensi merupakan pendekatan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan penggunaan asetnya. Aspek efisiensi LPKR adalah sebagai berikut :
Inventory turnover PT Lippo Karawaci, Tbk. dari tahun 2005 sampai 2015 berkisar 0.23 sampai 0.38.
Perputaran persediaan LPPKR cukup lama, yakni antara 965 hari hingga 1607 hari (2.5-4 tahun). Namun hal ini cukup wajar, mengingat PT. LIPPO KARAWACI, TBK. merupakan perusahaan properti, di mana sebagian besar persediaan yang dimiliki berupa tanah dalam pengembangan. Tanah dalam pengembangan tentu membutuhkan waktu yang cukup panjang hingga tanah tersebut selesai dikembangkan dan laku terjual sehingga bisa dibukukan dalam pendapatan.
Account receiveable turnover perusahaan berkisar antara 3.13 sampai 12.25. Selanjutnya dilihat dari average collection period dapat dilihat bahwa perusahaan cukup baik dalam menagih piutang-piutangnya. Rentang waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menagih piutang adalah 49 – 117 hari (1.5 – 4 bulan). Total asset turnover menunjukkan rasio pendapatan perusahaan dibanding nilai asetnya. Total asset turnover perusahaan berkisar antara 0.19 sampai 0.32. Fixed asset turnover menunjukkan rasio pendapatan perusahaan dibanding nilai aset tetapnya.Total asset turnover perusahaan berkisar antara 0.76 sampai1.49.
Aspek leverage menunjukkan skema permodalan perusahaan. Permodalan perusahaan dibagi menjadi 2: ekuitas dan hutang. Setiap perusahaan memiliki skema permodalan yang berbeda-beda, karena perbedaan cost of equity dan cost of debt masing-masing perusahaan. Aspek leverage LPKR adalah sebagai berikut :
PT. LIPPO KARAWACI, TBK. termasuk perusahaan konservatif yang menjaga debt ratio di kisaran 0.48 sampai 0.59 dari total aset. Selanjutnya jika dilihat dari debt to equity ratio (DER), terlihat bahwa hutang perusahaan sering melebihi ekuitas perusahaan dengan rasio hingga 1.758x pada tahun 2006. Namun hal ini masih wajar mengingat nilai DER 1-2x masih bisa diterima oleh pemegang saham. Pada tahun-tahun selanjutnya, manajemen terlihat menurunkan DER hingga mendekati nilai 1 hingga pada tahun 2015 mencapai angka 1.18.
Times Interest Earned Ratio menunjukkan kemampuan laba operasi perusahaan bila digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Rasio perusahaan dalam hal ini cukup bagus antara 8-49x. Dengan kata lain, laba operasi perusahaan jauh lebih besar dari bunga pinjaman yang harus dibayar.
Aspek profitabilitas berusaha mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Laba perusahaan biasa akan mempengaruhi pergerakan harga sahamnya. Perusahaan yang memiliki kinerja positif, laba meningkat, diharapkan harga sahamnya juga ikut naik. Aspek Profitabiltas LPKR adalah sebagai berikut :
Gross profit margin perusahaan berkisar antara 45-52%, sedangkan operating profit margin perusahaan berkisar antara 18-32%, dan net profit margin perusahaan berkisar antara 14-26%. Dari data tersebut terlihat margin perusahaan cukup besar, dengan kata lain perusahaan tidak terjebak dalam persaingan harga dengan kompetitor, sehingga bisa menjual propertinya dengan harga yang cukup bagus.
Selanjutnya dari data ROA, dan ROE terlihat bahwa nilai ROA, dan ROE perusahaan di tahun 2012 sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya namun belum mampu melebihi nilai ROA, ataupun ROE tahun 2005. Hal ini bisa disebabkan karena nilai aset/investasi yang dimiliki perusahaan saat ini jauh lebih besar daripada tahun 2005. Semakin besar aset perusahaan, tentu akan semakin sulit memperoleh tingkat pengembalian hasil yang lebih tinggi. Kemudian di tahun tahun beriikutnya setelah tahun 2012, ROA dan ROE bisa dikatakan stabil.
Aspek nilai pasar adalah aspek mengenai sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham dengan laba, nilai buku per saham, dan dividen. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang. Aspek nilai pasar LPKR adalah sebagai berikut :
Nilai earning per share perusahaan tidak dapat dijadikan suatu landasan dalam mengambil keputusan karena perusahaan sempat melakukan stock split maupun right issue, sehingga nilai EPS nya tidak dapat diperbandingkan. Dari sisi pembagian dividen, perusahaan sempat tidak melakukan pembagian dividen selama 2 tahun (2008-2009). Hal ini tentunya menjadikan poin negatif bagi investor jangka panjang. Namun mulai 2010, perusahaan kembali membagikan dividen.


Dari hasil analisis aspek-aspek keuangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa PT. Lippo Karawaci, Tbk. merupakan perusahaan yang memiliki kinerja bagus dan memiliki manajemen yang berkomitmen dalam menjaga resiko hutang agar tidak terlalu tinggi. Kinerja keuangan yang bagus dari PT. Lippo Karawaci, Tbk. ternyata direspon pasar dengan hasil kenaikan harga saham, walau sempat harga saham anjlok pada tahun 20008 dan 2009 karena perusahaan tidak membagikan dividen namun karena kinerja perusahaan bagus dan kemudian pada tahun 2010 mulai membagikan dividen lagi, terjadi kenaikan harga saham selama kurun waktu tahun 2011 sampai tahun 2012 dan bahkan pada tahun 2013 sempat mencapai titik harga tertinggi saham. Sehingga dapat dilihat bahwa ketika kondisi keuangan bagus namun perusahaan tidak membagikan dividen maka minat investor akan berkurang untuk berinvestasi diperusahaan tersebut namun jika kondisi keuangan perusahaan bagus dan perusahaan membagikan dividen maka minat investor akan meningkat untuk berinvestasi diperusahaan tersebut.

ANALISIS PERGERAKAN SAHAM PT LIPPO KARAWACI, TBK.



Tahun 2006: Dilihat dari harga penutupan, saham perusahaan dalam kondisi yang cukup baik pada kuartal satu dan dua, namun dari segi return, tidak begitu baik karena berkisar di 0-1%. Pada kuartal ketiga, harga saham jatuh tajam, dan begitu pula returnnya. Setelah itu, returnnya lebih stabil, dan harga penutupan perlahan-lahan meningkat kembali.
Kondisi: cukup baik (stabil, sempat drop namun stabil-naik lagi)

2007: Harga penutupan rata-rata mengalami peningkatan (dari harga penutupan akhir 2006) sepanjang tahun sebelum pada akhir tahun mengalami drop bersama dengan return. Return sepanjang tahun stabil.
Kondisi: baik (karena naik-stabil sepanjang tahun, walaupun drop pada akhir tahun).

2008: Harga penutupan naik turun, dan return naik turun juga namun lebih tajam/fluktuatif. Volume transaksi rata-rata fluktuatif sebelum sempat mengalami pelonjakan sebentar menjelang akhir tahun. Dari grafik, dapat dikatakan kalau harga penutupan mempengaruhi volume transaksi (contoh: saat harga turun lumayan jauh pada kuartal empat, volume transaksi juga turun, namun saat harga penutupan mengalami peningkatan pesat, volume transaksi juga melonjak).

2009: harga penutupan mengalami penurunan sepanjang tahun, dan return sangat fluktuatif. Volume transaksi yang tinggi dapat dikarenakan karena harganya yang terus menurun (di mana investor ingin segera melepaskan saham atau ingin membeli saham selagi murah).
Kondisi: ada kemungkinan perusahaan sedang mengalami kemerosotan dalam kondisi keuangannya pada tahun ini.

2010: harga penutupan fluktuatif, mengalami titik terendah pada pertengahan tahun, dan perlahan-lahan mengalami peningkatan kembali. Return sangat fluktuatif. Volume transaksi mengalami titik yang tinggi pada pertengahan tahun (sekitar saat turunnya harga penutupan hingga titik terendah), dan menjelang akhir tahun (saat harga penutupan saham sedang mengalami peningkatan).
Ada kemungkinan kondisi perusahaan sudah membaik menjelang pertengahan-akhir tahun.

2011: Harga penutupan dan return fluktuatif sepanjang tahun, dan berpuncak pada kuartal ketiga. Volume transaksi mengalami penurunan saat harga penutupan saham mendekati stabil menjelang kuartal keempat. Volume yang tinggi dapat dikaitkan dengan harga saham yang tidak menentu, dan saat harganya mendekati stabil, volume transaksinya menurun. Ada kemungkinan perusahaan mengalami masalah keuangan kembali pada tahun ini, namun tidak separah tahun 2009 yang mana terus menurun. Masalah tersebut tampaknya berhasil ditanggulangi dan kondisi keuangan perusahaan membaik menjelang akhir tahun.

2012: Harga penutupan rata-rata naik sepanjang tahun, dan return juga cukup baik (di mana perbedaan titik tertinggi dan terendah sekitar 10%). Volume transaksi berpuncak pada awal kuartal kedua, di mana sudah mulai tampak bahwa kemungkinan harga saham akan terus naik. Ada kemungkinan perusahaan sedang mengalami kemajuan yang cukup besar dalam hal kondisi keuangannya.

2013: Pada pertengahan tahun, perusahaan tampaknya kembali mengalami kemunduran dalam kondisi keuangannya yang mana tercermin dengan harga penutupan yang rata-rata menurun dari pertengahan hingga akhir tahun. Pada saat harga mulai turun, volume mengalami pelonjakan. Ada kemungkinan banyak saham yang dijual kembali perusahaan pada saat itu. Return fluktuatif.

2014: Return membaik dari tahun 2013, dan harga penutupan rata-rata berada di antara 870-1.250. Ada kemungkinan kondisi keuangan perusahaan sedang mengalami “turbulensi”.

2015: Kondisi harga penutupan cukup serupa dengan tahun sebelumnya namun lebih baik (karena harganya rata-rata di atas dari harga tahun sebelumnya), namun volume transaksi mengalami penurunan menjelang kuartal dua hingga akhir tahun. Return sedikit lebih fluktuatif.

2016: Harga penutupan cukup stabil (tidak mengalami naik-turun signifikan), walaupun di bawah rata-rata tahun 2015. Return fluktuatif, dan mengalami drop pada kuartal ketiga. Puncak volume transaksi berada di kuartal pertama, di mana harga saham cukup stabil, dan cukup tinggi pada saat harga saham sedang sedikit melorot (sebelum meningkat kembali). Ada kemungkinan hal-hal ini dikarenakan oleh karena kondisi keuangan perusahaan yang sedang cukup stabil.

PT LIPPO KARAWACI, TBK.






 PROFIL PT LIPPO KARAWACI, TBK.

PT Lippo Karawaci Tbk (yang pertama kali didirikan dengan nama PT Tunggal Reksakencana) didirikan pada Oktober 1990 sebagai anak perusahaan Grup Lippo. Pada bulan Januari 1993, Lippo Karawaci didirikan dengan visi untuk mempengaruhi kehidupan melalui pembangunan kota mandiri yang berkelanjutan dengan lingkungan hijau dan infrastruktur kelas fisik dan sosial. Pembangunan pertamanya yaitu Lippo Village di Karawaci, Tangerang, yang terletak 30km sebelah barat Jakarta. Pada tahun yang sama, Perseroan mulai mengembangkan Lippo Cikarang, sebuah kota mandiri dengan kawasan industri ringan yang yang terletak 40km sebelah timur Jakarta. Selanjutnya Lippo Karawaci mengembangkan kota mandiri Tanjung Bunga di Makassar, Sulawesi Selatan pada tahun 1997.
Melalui penggabungan delapan perusahaan properti terkait pada tahun 2004, Lippo Karawaci mengembangkan portofolio usahanya mencakup Properti (Lippo Village, Lippo Cikarang, Tanjung Bunga, Royal Serpong Village, dan San Diego Hills Memorial Park) , Pengembangan skala besar yang terintegrasi (City of Tomorrow, Kemang Village, dan The St. Moritz Penthouses & Residences), Rumah Sakit (Rumah Sakit Siloam, Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre, dan Semanggi Specialist Clinic) , Pusat Perbelanjaan (Pejaten Village, Pluit Village, City of Tomorrow Mall, PX Pavilion @The St. Moritz, WTC Matahari Serpong, Metropolis Town Square, dan Malang Town Square), dan Hotel (Hotel Aryaduta).
Selama lebih dari satu dekade, Perusahaan telah membuktikan dirinya sebagai pengembang properti yang sangat terpercaya dengan nama merek yang paling dikenal dan pemilik landbank terbesar diversifikasi dan proyek perintis di lokasi strategis di seluruh Indonesia.
Lippo Karawaci sekarang menjadi perusahaan properti terbesar yang terdaftar di Indonesia berdasarkan aset, pendapatan dan laba bersih, dengan model bisnis yang unik yang sangat terfokus dan terpadu, kelompok rumah sakit swasta terkemuka dan satu-satunya standar dunia mencapai kelas, dan tak terbantahkan pemimpin industri properti ritel .
 
Visi dan Misi

Visi

Menjadi perusahaan properti terkemuka di Indonesia dan regional dengan tekad untuk mengubah kehidupan masyarakat luas menjadi lebih baik di semua lini bisnis dan senantiasa menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham

Misi
Memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia kelas menengah dan atas di bidang perumahan, pusat perbelanjaan, dan komersial, layanan kesehatan, hiburan, infrastuktur dan jasa perhotelan
Memelihara kelangsungan pertumbuhan usaha melalui pengembangan sumber pendapatan berkesinambungan (Recurring Revenues) dan kegiatan pengembangan yang berkelanjutan
Menyediakan lingkungan hidup berkualitas yang meningkatkan pengalaman sosial dan spiritual bagi para pelanggan, serta menyediakan suasana ramah lingkungan terbaik pada setiap proyek pengembangannya.




ANALISIS KONDISI KEUANGAN PT LIPPO KARAWACI, TBK.


Kinerja keuangan perusahaan antara lain dapat dilihat dari beberapa aspek keuangan, yakni aspek likuiditas, aspek leverage, aspek efisiensi, dan aspek profitabilitas dan aspek nilai pasar. Dengan membandingkan aspek-aspek keuangan tersebut dalam rentang waktu beberapa tahun akan terlihat perkembangan kinerja perusahaan dan kemampuan manajemen dalam mengelola resiko-resiko yang ada.
Aspek likuiditas melihat kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar. Aspek likuiditas LPKR adalah sebagai berikut :
Current ratio PT. Lippo Karawaci, Tbk. selalu berada di atas angka 1 sejak tahun 2005 dan bahkan sempat menyentuh anga 6 pada tahun 2011 dan 2015. Artinya bahwa aset lancar yang dimiliki PT. Lippo Karawaci, Tbk. melebihi nilai kewajiban jangka pendeknya. PT Lippo Karawaci, Tbk. memiliki kemampuan yang cukup dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aset lancarnya. Selain itu dapat dilihat bahwa nilai current ratio PT. Lippo Karawaci, Tbk. juga semakin meningkat dari tahun 2005-2011, walau sempat mengaami penurunan pada tahun 2012 namun setelah itu terus meningkat hingga tahun 2015 current ratio PT. Lippo Karawaci, Tbk. Mencapai 6.913. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen memiliki komitmen yang baik dalam menurunkan resiko gagal bayar sekaligus menjaga kredibilitas perusahaan.
Quick Ratio PT Lippo Karawaci, Tbk. nilainya kurang dari 1 dari tahun 2005 sampai 2010 menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu membayar seluruh kewajiban jangka pendeknya tanpa melikuidasi persediaan perusahaan. Kemudian quick ratio PT Lippo Karawaci, Tbk. Nilainya lebih dari 1 dari tahun 2011 sampai 2015, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mampu membayar seluruh kewajiban jangka pendeknya  tanpa melikuidasi persediaan perusahaan. Quick ratio PT Lippo Karawaci, Tbkk. juga bagus karena sejak tahun 2005 sampai 2015 terus mengalami peningkatan dan bahkan tembus angka 1 pada tahun 2011 hingga pada tahun 2015 mencapaii angka 2.7.
Cash Ratio yang nilainya < 1 menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu membayar seluruh kewajiban jangka pendeknya hanya dengan kas perusahaan. Namun cash ratio perusahaan nyari tembus 1 yakni 0.9 pada tahun 2011 dan 2012 yang artinya hampir mampu membayar dan melunasi kewajiban jangka pendek hanya dengan kas perusahaan. Kemudian pada tahun 2015 cash ratio PT Lippo Karawaci, Tbk mencapai angka 1.587 yang artinya perusahaan mampu membayar dan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan kas.
Aspek efisiensi merupakan pendekatan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan penggunaan asetnya. Aspek efisiensi LPKR adalah sebagai berikut :
Inventory turnover PT Lippo Karawaci, Tbk. dari tahun 2005 sampai 2015 berkisar 0.23 sampai 0.38.
Perputaran persediaan LPPKR cukup lama, yakni antara 965 hari hingga 1607 hari (2.5-4 tahun). Namun hal ini cukup wajar, mengingat PT. LIPPO KARAWACI, TBK. merupakan perusahaan properti, di mana sebagian besar persediaan yang dimiliki berupa tanah dalam pengembangan. Tanah dalam pengembangan tentu membutuhkan waktu yang cukup panjang hingga tanah tersebut selesai dikembangkan dan laku terjual sehingga bisa dibukukan dalam pendapatan.
Account receiveable turnover perusahaan berkisar antara 3.13 sampai 12.25. Selanjutnya dilihat dari average collection period dapat dilihat bahwa perusahaan cukup baik dalam menagih piutang-piutangnya. Rentang waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menagih piutang adalah 49 – 117 hari (1.5 – 4 bulan). Total asset turnover menunjukkan rasio pendapatan perusahaan dibanding nilai asetnya. Total asset turnover perusahaan berkisar antara 0.19 sampai 0.32. Fixed asset turnover menunjukkan rasio pendapatan perusahaan dibanding nilai aset tetapnya.Total asset turnover perusahaan berkisar antara 0.76 sampai1.49.
Aspek leverage menunjukkan skema permodalan perusahaan. Permodalan perusahaan dibagi menjadi 2: ekuitas dan hutang. Setiap perusahaan memiliki skema permodalan yang berbeda-beda, karena perbedaan cost of equity dan cost of debt masing-masing perusahaan. Aspek leverage LPKR adalah sebagai berikut :
PT. LIPPO KARAWACI, TBK. termasuk perusahaan konservatif yang menjaga debt ratio di kisaran 0.48 sampai 0.59 dari total aset. Selanjutnya jika dilihat dari debt to equity ratio (DER), terlihat bahwa hutang perusahaan sering melebihi ekuitas perusahaan dengan rasio hingga 1.758x pada tahun 2006. Namun hal ini masih wajar mengingat nilai DER 1-2x masih bisa diterima oleh pemegang saham. Pada tahun-tahun selanjutnya, manajemen terlihat menurunkan DER hingga mendekati nilai 1 hingga pada tahun 2015 mencapai angka 1.18.
Times Interest Earned Ratio menunjukkan kemampuan laba operasi perusahaan bila digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Rasio perusahaan dalam hal ini cukup bagus antara 8-49x. Dengan kata lain, laba operasi perusahaan jauh lebih besar dari bunga pinjaman yang harus dibayar.
Aspek profitabilitas berusaha mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Laba perusahaan biasa akan mempengaruhi pergerakan harga sahamnya. Perusahaan yang memiliki kinerja positif, laba meningkat, diharapkan harga sahamnya juga ikut naik. Aspek Profitabiltas LPKR adalah sebagai berikut :
Gross profit margin perusahaan berkisar antara 45-52%, sedangkan operating profit margin perusahaan berkisar antara 18-32%, dan net profit margin perusahaan berkisar antara 14-26%. Dari data tersebut terlihat margin perusahaan cukup besar, dengan kata lain perusahaan tidak terjebak dalam persaingan harga dengan kompetitor, sehingga bisa menjual propertinya dengan harga yang cukup bagus.
Selanjutnya dari data ROA, dan ROE terlihat bahwa nilai ROA, dan ROE perusahaan di tahun 2012 sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya namun belum mampu melebihi nilai ROA, ataupun ROE tahun 2005. Hal ini bisa disebabkan karena nilai aset/investasi yang dimiliki perusahaan saat ini jauh lebih besar daripada tahun 2005. Semakin besar aset perusahaan, tentu akan semakin sulit memperoleh tingkat pengembalian hasil yang lebih tinggi. Kemudian di tahun tahun beriikutnya setelah tahun 2012, ROA dan ROE bisa dikatakan stabil.
Aspek nilai pasar adalah aspek mengenai sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham dengan laba, nilai buku per saham, dan dividen. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang. Aspek nilai pasar LPKR adalah sebagai berikut :
Nilai earning per share perusahaan tidak dapat dijadikan suatu landasan dalam mengambil keputusan karena perusahaan sempat melakukan stock split maupun right issue, sehingga nilai EPS nya tidak dapat diperbandingkan. Dari sisi pembagian dividen, perusahaan sempat tidak melakukan pembagian dividen selama 2 tahun (2008-2009). Hal ini tentunya menjadikan poin negatif bagi investor jangka panjang. Namun mulai 2010, perusahaan kembali membagikan dividen.


Dari hasil analisis aspek-aspek keuangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa PT. Lippo Karawaci, Tbk. merupakan perusahaan yang memiliki kinerja bagus dan memiliki manajemen yang berkomitmen dalam menjaga resiko hutang agar tidak terlalu tinggi. Kinerja keuangan yang bagus dari PT. Lippo Karawaci, Tbk. ternyata direspon pasar dengan hasil kenaikan harga saham, walau sempat harga saham anjlok pada tahun 20008 dan 2009 karena perusahaan tidak membagikan dividen namun karena kinerja perusahaan bagus dan kemudian pada tahun 2010 mulai membagikan dividen lagi, terjadi kenaikan harga saham selama kurun waktu tahun 2011 sampai tahun 2012 dan bahkan pada tahun 2013 sempat mencapai titik harga tertinggi saham. Sehingga dapat dilihat bahwa ketika kondisi keuangan bagus namun perusahaan tidak membagikan dividen maka minat investor akan berkurang untuk berinvestasi diperusahaan tersebut namun jika kondisi keuangan perusahaan bagus dan perusahaan membagikan dividen maka minat investor akan meningkat untuk berinvestasi diperusahaan tersebut.

ANALISIS PERGERAKAN SAHAM PT LIPPO KARAWACI, TBK.



Tahun 2006: Dilihat dari harga penutupan, saham perusahaan dalam kondisi yang cukup baik pada kuartal satu dan dua, namun dari segi return, tidak begitu baik karena berkisar di 0-1%. Pada kuartal ketiga, harga saham jatuh tajam, dan begitu pula returnnya. Setelah itu, returnnya lebih stabil, dan harga penutupan perlahan-lahan meningkat kembali.
Kondisi: cukup baik (stabil, sempat drop namun stabil-naik lagi)

2007: Harga penutupan rata-rata mengalami peningkatan (dari harga penutupan akhir 2006) sepanjang tahun sebelum pada akhir tahun mengalami drop bersama dengan return. Return sepanjang tahun stabil.
Kondisi: baik (karena naik-stabil sepanjang tahun, walaupun drop pada akhir tahun).

2008: Harga penutupan naik turun, dan return naik turun juga namun lebih tajam/fluktuatif. Volume transaksi rata-rata fluktuatif sebelum sempat mengalami pelonjakan sebentar menjelang akhir tahun. Dari grafik, dapat dikatakan kalau harga penutupan mempengaruhi volume transaksi (contoh: saat harga turun lumayan jauh pada kuartal empat, volume transaksi juga turun, namun saat harga penutupan mengalami peningkatan pesat, volume transaksi juga melonjak).

2009: harga penutupan mengalami penurunan sepanjang tahun, dan return sangat fluktuatif. Volume transaksi yang tinggi dapat dikarenakan karena harganya yang terus menurun (di mana investor ingin segera melepaskan saham atau ingin membeli saham selagi murah).
Kondisi: ada kemungkinan perusahaan sedang mengalami kemerosotan dalam kondisi keuangannya pada tahun ini.

2010: harga penutupan fluktuatif, mengalami titik terendah pada pertengahan tahun, dan perlahan-lahan mengalami peningkatan kembali. Return sangat fluktuatif. Volume transaksi mengalami titik yang tinggi pada pertengahan tahun (sekitar saat turunnya harga penutupan hingga titik terendah), dan menjelang akhir tahun (saat harga penutupan saham sedang mengalami peningkatan).
Ada kemungkinan kondisi perusahaan sudah membaik menjelang pertengahan-akhir tahun.

2011: Harga penutupan dan return fluktuatif sepanjang tahun, dan berpuncak pada kuartal ketiga. Volume transaksi mengalami penurunan saat harga penutupan saham mendekati stabil menjelang kuartal keempat. Volume yang tinggi dapat dikaitkan dengan harga saham yang tidak menentu, dan saat harganya mendekati stabil, volume transaksinya menurun. Ada kemungkinan perusahaan mengalami masalah keuangan kembali pada tahun ini, namun tidak separah tahun 2009 yang mana terus menurun. Masalah tersebut tampaknya berhasil ditanggulangi dan kondisi keuangan perusahaan membaik menjelang akhir tahun.

2012: Harga penutupan rata-rata naik sepanjang tahun, dan return juga cukup baik (di mana perbedaan titik tertinggi dan terendah sekitar 10%). Volume transaksi berpuncak pada awal kuartal kedua, di mana sudah mulai tampak bahwa kemungkinan harga saham akan terus naik. Ada kemungkinan perusahaan sedang mengalami kemajuan yang cukup besar dalam hal kondisi keuangannya.

2013: Pada pertengahan tahun, perusahaan tampaknya kembali mengalami kemunduran dalam kondisi keuangannya yang mana tercermin dengan harga penutupan yang rata-rata menurun dari pertengahan hingga akhir tahun. Pada saat harga mulai turun, volume mengalami pelonjakan. Ada kemungkinan banyak saham yang dijual kembali perusahaan pada saat itu. Return fluktuatif.

2014: Return membaik dari tahun 2013, dan harga penutupan rata-rata berada di antara 870-1.250. Ada kemungkinan kondisi keuangan perusahaan sedang mengalami “turbulensi”.

2015: Kondisi harga penutupan cukup serupa dengan tahun sebelumnya namun lebih baik (karena harganya rata-rata di atas dari harga tahun sebelumnya), namun volume transaksi mengalami penurunan menjelang kuartal dua hingga akhir tahun. Return sedikit lebih fluktuatif.

2016: Harga penutupan cukup stabil (tidak mengalami naik-turun signifikan), walaupun di bawah rata-rata tahun 2015. Return fluktuatif, dan mengalami drop pada kuartal ketiga. Puncak volume transaksi berada di kuartal pertama, di mana harga saham cukup stabil, dan cukup tinggi pada saat harga saham sedang sedikit melorot (sebelum meningkat kembali). Ada kemungkinan hal-hal ini dikarenakan oleh karena kondisi keuangan perusahaan yang sedang cukup stabil.



- Copyright © We Need Money - Patrick Pahala - Powered by Blogger - Designed by Patrick Pahala -